PANGANDARAN-Pegiat Sarasa Pangandaran, Tedi Yusnanda N, mengajak masyarakat untuk mengevaluasi kepemimpinan sebelumnya secara kritis dalam menentukan pemimpin yang baru. Menurutnya, penting bagi masyarakat untuk menggunakan logika dan realitas yang ada sebagai landasan pertimbangan dalam menentukan apakah memilih untuk melanjutkan kepemimpinan saat ini atau melakukan perubahan demi masa depan.
Tedi menekankan bahwa masyarakat harus membebaskan diri dari rasa takut terhadap pemimpin yang masa jabatannya sudah habis, sehingga mampu melakukan penilaian secara jernih tanpa tekanan. "Tidak perlu takut dengan pemimpin yang telah berakhir masa kepemimpinannya. Kita harus berani menilai secara objektif, apakah kepemimpinan sebelumnya sudah membawa kemajuan atau justru perlu perubahan. Keputusan itu harus kita ambil dengan kepala dingin, bukan karena ketakutan atau tekanan, " ujar Tedi.
Ia juga mengingatkan bahwa kebebasan dalam memilih di bilik suara adalah hak dasar setiap warga negara, yang seharusnya tidak terpengaruh oleh ancaman atau paksaan dari pihak manapun. "Kebebasan memilih di bilik suara adalah hak yang paling mendasar. Tidak boleh ada rasa takut, tekanan, atau beban politik uang yang memengaruhi keputusan masyarakat, " tegasnya.
Menurut Tedi, proses demokrasi seharusnya memberi ruang bagi masyarakat untuk menentukan masa depan daerahnya tanpa ada intervensi atau manipulasi. Oleh karena itu, ia mendorong masyarakat untuk menunjukkan keberanian mereka dalam memilih pemimpin yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan yang nyata. "Ini adalah saat yang tepat bagi masyarakat Pangandaran untuk menunjukkan keberanian. Pemimpin yang kita pilih harus benar-benar berdasarkan apa yang kita inginkan dan butuhkan, bukan karena rasa takut atau iming-iming uang, " lanjutnya.
Baca juga:
Tony Rosyid: 5 Sekenario Pilgub Jakarta
|
Sarasa Pangandaran juga menyoroti pentingnya evaluasi atas kinerja pemimpin sebelumnya sebagai bahan pertimbangan yang rasional. Tedi menegaskan, masyarakat harus melihat dengan jelas apa yang sudah dilakukan oleh pemimpin yang ada—apakah mereka telah berhasil memenuhi janji-janji mereka atau sebaliknya. Jika ada kebutuhan untuk perubahan, maka perubahan itu harus dilakukan secara berani di bilik suara.
"Evaluasi yang objektif itu penting. Jangan sampai kita terjebak dalam janji-janji manis tanpa melihat realitas. Pilihan kita harus didasarkan pada hasil kerja nyata, bukan sekadar popularitas atau tekanan politik. Kita yang menentukan arah masa depan Pangandaran, bukan pihak-pihak yang berkepentingan dengan kekuasaan, " jelas Tedi.
Baca juga:
Tony Rosyid: Duet PKS dan PDIP Usung Anies
|
Dengan Pilkada yang semakin dekat, Tedi berharap masyarakat Pangandaran semakin matang dalam menentukan pilihan. Ia menekankan bahwa demokrasi yang sehat memerlukan keberanian dari rakyat untuk membuat keputusan yang bebas dari rasa takut atau pengaruh uang politik. "Pangandaran butuh pemimpin yang benar-benar bekerja untuk rakyat, bukan mereka yang hanya mengejar kekuasaan. Mari kita tunjukkan keberanian kita di bilik suara, " tutup Tedi.
Sarasa Pangandaran, sebagai organisasi masyarakat yang aktif mengawal isu-isu sosial dan politik di daerah, berharap agar Pilkada kali ini bisa menjadi momentum bagi masyarakat untuk menunjukkan kematangan politik mereka, bebas dari tekanan dan manipulasi.( JNI )