PENGABDIAN - Pangandaran kembali menjadi saksi diskusi strategis yang digelar oleh Sarasa Institute bekerja sama dengan Sekber Anies Pangandaran. Diskusi terbatas ini menghadirkan sejumlah ahli untuk memberikan kontribusi pemikiran sebagai masukan kepada pasangan calon nomor urut dua, Ujang Endin dan Dadang Solihat, dalam menghadapi tantangan pengelolaan keuangan daerah.
Acara yang berlangsung hangat tersebut menghadirkan narasumber utama, yakni Dr. Nur Dina, akademisi manajemen strategik dan praktisi digital keuangan; Muhammad Fikri, praktisi kecerdasan buatan (AI); Bumantoro Adji, S.T., Sekjen Sekber Anies Pangandaran; dan Tedi Yusnanda N, Direktur Eksekutif Sarasa Institute.
Digitalisasi: Jalan Menuju Efisiensi Anggaran
Dr. Nur Dina, yang dikenal sebagai pakar digitalisasi keuangan, menyoroti pentingnya digitalisasi dalam tata kelola keuangan daerah. Ia menegaskan bahwa inefisiensi anggaran sering kali disebabkan oleh sistem manual yang tidak dapat mendeteksi anomali secara cepat.
“Tanpa digitalisasi, mustahil pemerintah daerah mencapai efisiensi maksimal. Sistem manual tidak cukup untuk mendukung prinsip keberlanjutan seperti yang diamanatkan dalam visi Indonesia Maju. Digitalisasi adalah langkah mutlak untuk memutus rantai penyimpangan anggaran dan membangun kepercayaan publik, ” ujarnya.
Dr. Dina juga mengusulkan mekanisme insentif dan disinsentif berbasis kinerja. Misalnya, tunjangan yang diberikan berdasarkan pencapaian target, yang dirancang agar lebih adil dan terukur.
AI sebagai Solusi Cerdas
Menambah dimensi diskusi, Muhammad Fikri memaparkan potensi kecerdasan buatan (AI) untuk mengelola anggaran secara efisien. Menurutnya, AI mampu mendeteksi pola pengeluaran yang tidak wajar, mencegah kebocoran anggaran, dan bahkan memprediksi kebutuhan masa depan.
“Dengan AI, Pangandaran bisa menjadi pelopor dalam pengelolaan anggaran berbasis teknologi, menjadikannya contoh bagi daerah lain. Digitalisasi sistem keuangan bukan hanya kebutuhan, tetapi keharusan, ” tegasnya.
Cash Management System dan Transparansi
Bumantoro Adji menambahkan bahwa digitalisasi dalam pengelolaan keuangan daerah mencakup penerapan Cash Management System (CMS), yang memungkinkan pemantauan aliran kas secara real-time.
“Sistem ini membantu memastikan anggaran digunakan sesuai rencana. Dengan monitoring yang terpusat, pemerintah daerah dapat segera mengatasi masalah aliran kas sebelum membesar, ” jelas Bumantoro.
Menurutnya, transparansi dan efisiensi adalah kunci keberhasilan pengelolaan anggaran, dan adopsi teknologi digital adalah langkah tak terelakkan.
Peningkatan SDM dan Konsep Smart City
Sementara itu, Tedi Yusnanda N menggarisbawahi perlunya peningkatan kapasitas SDM untuk mendukung program digitalisasi. Ia mengingatkan agar teknologi tidak meninggalkan kesenjangan dengan kemampuan manusianya.
Selain itu, Tedi memperkenalkan konsep smart city sebagai bagian dari pengembangan tata kelola pemerintahan digital. Menurutnya, smart city mengintegrasikan teknologi dalam pelayanan publik untuk menciptakan tata kelola yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan.
“Smart city bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang menciptakan masyarakat yang adaptif dan kolaboratif, ” jelas Tedi, seraya menekankan pentingnya kontrak politik antara Sekber Anies Pangandaran dengan pasangan Ujang Endin dan Dadang Solihat untuk merealisasikan visi ini.
Pangandaran Menuju Masa Depan
Diskusi ini menggarisbawahi perlunya inovasi dalam tata kelola keuangan daerah untuk menghadapi tantangan era modern. Dengan masukan dari para ahli, pasangan Ujang Endin dan Dadang Solihat diharapkan mampu menyusun kebijakan yang progresif, menjadikan Pangandaran sebagai model tata kelola yang modern, efisien, dan transparan.
Dengan visi besar dan langkah nyata seperti ini, Pangandaran sedang mempersiapkan diri untuk menjadi daerah yang tidak hanya berkembang, tetapi juga memberi inspirasi bagi Indonesia.( JNI )