PANGANDARAN - Tedi Yusnanda N, seorang pegiat sosial dan budaya dari komunitas Sarasa, memberikan pandangannya terkait pidato deklarasi pencalonan Ujang Endin sebagai Bupati Pangandaran. Dalam pidato yang penuh semangat tersebut, Ujang Endin yang berpasangan dengan Dadang Solihat mengusung jargon "Hudang, " singkatan dari H. Ujang Endin dan Dadang Solihat, yang dalam bahasa Sunda berarti "bangkit." Mereka juga menegaskan siap menjadi "lokomotif perubahan" untuk membawa Pangandaran ke arah yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
Tedi Yusnanda N, yang dikenal sebagai seorang pengamat sosial dan pegiat budaya, menilai bahwa jargon "Hudang" bukan hanya sekadar akronim, tetapi memiliki makna filosofi yang dalam. "Dalam konteks politik lokal Pangandaran, 'Hudang' mengandung pesan kebangkitan dari kondisi yang mungkin dirasakan stagnan atau tidak maksimal oleh sebagian masyarakat. Ini adalah seruan untuk bangkit dan berjuang bersama-sama, dengan visi yang jelas dan arah yang kuat, " ujar Tedi.
Baca juga:
Tony Rosyid: Anies Diusung Empat Partai?
|
Menurut Tedi, penggunaan istilah "lokomotif perubahan" oleh Ujang Endin juga memiliki simbolisme yang kuat. "Lokomotif adalah mesin penggerak utama dalam perjalanan kereta, yang tidak hanya membawa gerbong-gerbong di belakangnya tetapi juga menentukan arah dan kecepatan. Dalam hal ini, Ujang Endin memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang akan membawa perubahan besar di Pangandaran, " jelasnya.
Lebih lanjut, Tedi Yusnanda N menekankan bahwa Pangandaran saat ini membutuhkan pemimpin yang tidak hanya memiliki visi, tetapi juga mampu menggerakkan seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama mencapai tujuan. "Dalam sejarah, lokomotif adalah simbol revolusi industri, kemajuan, dan modernisasi. Jika Ujang Endin dapat menjalankan perannya sebagai 'lokomotif' dengan baik, maka Pangandaran bisa mengalami kebangkitan yang signifikan, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya, " tambah Tedi.
Namun, Tedi juga mengingatkan bahwa menjadi lokomotif perubahan bukanlah tugas yang mudah. "Tantangan terbesar adalah memastikan bahwa semua elemen masyarakat ikut serta dalam perjalanan ini. Lokomotif yang kuat pun tidak akan berguna jika rel yang dilaluinya tidak kokoh. Dengan kata lain, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya sangat penting untuk mewujudkan visi perubahan ini, " ujarnya.
Dalam pandangan Tedi, jargon "Hudang" dan "lokomotif perubahan" yang diusung oleh pasangan Ujang Endin dan Dadang Solihat menunjukkan komitmen yang kuat untuk membawa Pangandaran ke arah yang lebih baik. "Ini adalah langkah awal yang baik, namun implementasinya yang akan menjadi penentu. Masyarakat Pangandaran tentunya berharap bahwa visi dan janji-janji ini dapat terwujud dalam tindakan nyata yang membawa manfaat bagi semua, " pungkas Tedi Yusnanda N.
Dengan pernyataan tersebut, Tedi memberikan penekanan pada pentingnya keberlanjutan dalam kepemimpinan, yang tidak hanya berhenti pada retorika kampanye tetapi juga harus diwujudkan dalam langkah konkret yang berkelanjutan. Pangandaran, menurut Tedi, memiliki potensi besar untuk bangkit dan berkembang, dan sekarang tinggal bagaimana pemimpin yang terpilih nanti dapat mewujudkan potensi tersebut menjadi kenyataan.( MISG )