PANGANDARAN - Pegiat Sarasa Pangandaran, Tedi Yusnanda N, memberikan pandangannya yang tajam terkait persoalan defisit anggaran yang mendera Kabupaten Pangandaran. Dalam analisisnya, Tedi menekankan bahwa masalah utama Pangandaran bukanlah semata-mata isu politik, tetapi lebih kepada akar masalah tata kelola keuangan yang buruk. "Ini bukan tentang menyudutkan atau mempolitisasi, " tegas Tedi. "Tapi kita harus berpikir realistis bahwa ke depan, Pangandaran membutuhkan pemimpin yang tidak hanya pandai berjanji, melainkan yang mampu mengatasi defisit ini secara sistematis."
Menurutnya, defisit anggaran yang terjadi di Pangandaran adalah hasil dari pengelolaan keuangan yang serampangan. Masalah ini memerlukan pemimpin dengan dua karakter utama: seorang "arsitek" yang handal dalam merancang pembangunan yang berkelanjutan dan seorang "dokter spesialis" yang mampu mendiagnosis penyakit akut di sektor keuangan daerah.
"Pangandaran butuh arsitek yang mampu merencanakan pembangunan dengan visi yang jelas, sehingga memiliki daya ungkit besar terhadap kesejahteraan masyarakat, " jelas Tedi. Ia mengibaratkan pemimpin ideal ini sebagai seorang yang paham detail perencanaan, memiliki strategi yang matang, dan mampu merancang masa depan Pangandaran dengan pijakan yang kuat. "Bukan hanya sekadar menyusun anggaran proyek-proyek besar tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang, " lanjutnya.
Namun, menurut Tedi, karakter arsitek saja tidak cukup. Mengingat kondisi keuangan daerah yang sudah sangat buruk, dibutuhkan juga sosok pemimpin yang memiliki kapasitas sebagai "dokter spesialis." Keuangan daerah saat ini, menurutnya, berada dalam kondisi kritis seperti penyakit kronis yang memerlukan penanganan khusus. "Dibutuhkan seorang dokter yang mampu mendiagnosis masalah ini secara tepat dan memberikan obat yang pas agar Pangandaran bisa pulih, " ungkapnya.
Tedi menekankan pentingnya pengalaman dan pengetahuan yang kuat dalam memimpin daerah ini. Ia mengkritik praktik politik saat ini yang cenderung menempatkan individu-individu di lingkar kekuasaan tanpa mempertimbangkan kapabilitas dan kinerja nyata. "Kita tidak bisa lagi hanya menempatkan orang-orang di posisi penting tanpa bukti kapasitas dan prestasi yang jelas. Ini soal masa depan Pangandaran, bukan sekadar mengisi jabatan kosong, " ujar Tedi.
Menurutnya, karakter dua profesi ini, "arsitek" dan "dokter" adalah kunci untuk memulihkan kondisi keuangan dan memajukan pembangunan di Pangandaran. "Seorang arsitek handal dan dokter spesialis akan memastikan Pangandaran keluar dari krisis ini. Pemimpin yang kita butuhkan haruslah mereka yang sudah teruji kinerjanya, yang punya rekam jejak jelas dalam perencanaan dan manajemen keuangan, " tambahnya.
Baca juga:
Tony Rosyid: Anies-Kaesang Paslon Tunggal?
|
Di tengah krisis defisit anggaran yang sedang berlangsung, Tedi menegaskan bahwa masyarakat Pangandaran harus lebih cerdas dalam memilih pemimpin. Bukan hanya sekadar popularitas atau janji-janji kosong, tetapi pemimpin yang memiliki solusi konkret, pengalaman, dan keahlian untuk membawa Pangandaran keluar dari kondisi yang sangat mengkhawatirkan ini.( JNI )